ALHAMDULILLAH!
Sekolah-Sekolah “DIPONEGORO” Ditunjuk Jadi Sekolah Percontohan Tatap Muka di Surakarta.
Tanpa terasa kita sudah memasuki bulan ke tujuh sejak pandemi Covid-19 mulai melanda Indonesia yang tampaknya hingga kini belum kunjung mereda penyebarannya. Selain itu kurang lebih tiga bulan sejak dimulainya tahun ajaran baru para siswa melakukan pembelajaran secara online/daring. Kejenuhan pun mulai melanda semua pihak termasuk orang tua siswa. Peran Guru sebagai pendidik di kelas diambil alih posisinya oleh teknologi lewat pendidikan jarak jauh ini. Banyak hal yang “hilang” dari diterapkan nya pembelajaran secara online ini. Pembelajaran dirasakan tidak bisa maksimal, pendidikan karakter yang tidak tersentuh termasuk kebutuhan siswa untuk bisa kembali berinteraksi dan belajar secara bersama di sekolah layaknya sebelum pandemi ini terjadi.
Meskipun dengan penerapan protokol kesehatan yang sudah dirancang dengan ketat dan jauh hari dipersiapkan namun dirasa masih belum cukup oleh pengambil kebijakan untuk memulai pembelajaran tatap muka di sekolah. Meskipun disisi lain sektor perekonomian misalnya pasar, mall dan café sudah diijinkan buka dengan aturan-aturan tertentu. Sektor pariwisata juga sudah mulai berjalan, lokasi wisata sudah dipenuhi wisatawan. Sektor keagamaan juga sudah mendapat lampu hijau, dengan dibukanya kembali tempat-tempat ibadah. Lalu mengapa sektor pendidikan masih tertunda? Tentunya kita harus bisa memahami kebijakan ini dengan mengedepankan positif thinking bahwa pengambil kebijakan memiliki pertimbagan yang lebih mendalam.
Namun demikian sebuah berita gembira pada akhirnya dapat membuat kita sedikit lega. Dalam waktu dekat akan mulai diadakan Simulasi Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sekolah-sekolah yang sudah ditunjuk oleh Pemerintah Kota Surakarta. Dan Alhamdulillah, PAUD Terpadu Islam Diponegoro Surakarta, SD Islam Diponegoro Surakarta dan SMP Islam Diponegoro Surakarta ditunjuk sebagai Sekolah Percontohan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) ini. Hal ini patut disyukuri karena kepercayaan ini menunjukan bahwa sekolah-sekolah “Diponegoro” dipandang memiliki kesiapan oleh Pemerintah Kota Surakarta untuk memulai PTM.
Dari ratusan sekolah dengan berbagai jenjang yang ada dibawah naungan Pemerintah Kota Surakarta hanya beberapa sekolah saja yang ditunjuk untuk melaksanaan simulasi PTM ini. Proses penunjukan pun melalui beberapa tahapan dan prosedur yang ketat dari Dinas Pendidikan Kota Surakarta dan Tim Gugus Covid Pemerintah Kota Surakarta. Bahkan dari informasi yang beredar PAUD Terpadu Islam Diponegoro Surakarta & SMP Islam Diponegoro Surakarta akan menjadi satu-satunya sekolah Swasta yang melaksanakan simulasi ini di Kecamatan Pasar Kliwon. Sedangkan untuk SD Swasta hanya ada 4 sekolah di Kecamatan Pasar Kliwon yang ditunjuk termasuk SD Islam Diponegoro.
Bagaimana dengan SMA Islam Diponegoro Surakarta? Alhamdulillah saat ini SMA Islam Diponegoro juga telah memiliki kesiapan untuk melaksanaan kegiatan tatap muka. Namun demikian berbeda dengan PAUD, SD & SMP maka untuk tingkat SMA penentuan sekolah uji coba tatap muka akan ditentukan langsung oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Tujuan mulai dibukanya sekolah melalui Simulasi PTM ini untuk melatih siswa dalam pola pembiasaan kehidupan baru atau era “New Normal“. Siswa perlu dilatih untuk membiasakan diri dengan perilaku hidup bersih dan sehat serta kebiasaan-kebiasaan seperti memakai masker dan rutin mencuci tangan dengan sabun. Hal ini untuk mencegah penularan berbagai macam penyakit utamanya Covid-19.
Alhamdulillah untuk persiapan pun sudah lebih dari 90% dilakukan di semua unit sekolah YPID. Mulai dari pengadaan puluhan thermo gun yang diberikan ke semua unit, pembagian hand sanitizer untuk seluruh guru dan karyawan, pembagian face shield untuk seluruh siswa dan guru, pembuatan tempat cuci tangan di tempat-tempat strategis, pengaturan jarak meja siswa, kebersihan kamar mandi, menyiapkan UKS, pembuatan banner protokol kesehatan di setiap sudut serta tidak lupa menjalin kerjasama dengan Puskesmas terdekat yaitu Puskesmas Gajahan.
Sejak awal terjadinya Pandemi Covid-19 ini Yayasan Pendidikan Islam Diponegoro Surakarta memang dengan gerak cepat melakukan penyesuaian-penyesuaian dan mempersiapkan berbagai sarana penunjang. Diawali dengan dibentuknya Tim Gugus Covid-19 tingkat Yayasan yang diketuai oleh Ibu Atik Mardhiyah S.Psi dan diikuti oleh pembentukan gugus di setiap unit. YPID pun menyusun secara mandiri panduan protokol Covid-19 untuk dijadikan acuan seluruh warga sekolah.
Tak hanya itu komunikasi pun dilakukan dengan pihak orang tua untuk menunjang kesiapan. Menurut penuturan Ketua Gugus Covid-19 SMP Islam Diponegoro Surakarta Arnita Cahyani S.Pd. M.Pd pihaknya sudah membuat Nota Kesepakatan dengan Wali Murid SMP Islam Diponegoro Surakarta untuk mendukung terlaksananya PTM. Pihak SMP juga sudah melakukan pendataan akses transportasi siswa agar mengetahui dari mana saja dan menggunakan moda transportasi apa untuk ke sekolah.
Masing-masing unit juga berperan aktif membuat content video dan poster untuk mensosialisasikan protokol kesehatan atau Program 3 M (Mencuci Tangan, Memakai Masker, Menjaga Jarak) baik secara offline atau melalui jejaring media sosial. Sosialisasi ini diberikan bukan hanya untuk kalangan internal tapi juga ditujukan ke khalayak umum agar masyarakat mawas diri.
Untuk simulasi Pembelajaran Tatap Muka akan dimulai pada bulan November 2020 dimulai secara bertahap dari jenjang SMP. Untuk SMP pun akan dimulai dari kelas 9 dilakukan selama 2 minggu oleh sekolah yang ditunjuk. Setelah semua sesuai dengan yang diharapkan dan tidak ada penambahan cluster pendidikan, maka dilanjutkan kelas bawahnya. Ketika jenjang SMP selesai dilaksanakan, maka akan dilanjut ke jenjang SD dengan dimulai dari kelas paling tinggi yaitu kelas 6. Ketika selama masa simulasi dinilai terkendali, tidak ada lonjakan korban dan cluster baru maka diharapkan semua sekolah lain akan mengikuti serentak pada bulan Januari 2021. Sekali lagi dengan catatan tidak ada penambahan cluster Covid-19 di sekolah.
Kaitannya dengan pembelajaran di kelas, sekolah hanya boleh menampung 50% dari jumlah peserta didik dalam 1 kelas. Dengan maksimal 16-18 siswa dalam 1 kelas. Pembelajaran juga hanya akan berlangsung selama 2 jam saja tanpa jeda waktu istirahat, kantin masih dilarang beroperasi. Untuk pergantian shift juga diberi jeda sekitar setengah atau 1 jam.
Sedangkan untuk mata pelajaran semua berdasarkan rencana KBM yang telah ditentukan oleh Dinas Pendidikan Kota Surakarta. Setelah fase 1 sudah dilalui maka akan di tingkatkan lagi yang semula 2 jam pelajaran, menjadi 6 jam pelajaran dengan catatan jika tidak ada penambahan cluster baru. Siswa juga dilarang menggunakan transportasi umum, dan wajib diantar orang tua atau keluarga.
Sekolah juga menekankan bahwa PTM ini sifatnya jika orang tua mengizinkan. Jika orang tua tidak mengizinkan anaknya tidak masuk sekolah, maka diperbolehkan sehingga tidak ada unsur paksaan. Lalu bagaimana dengan siswa yang tidak diperbolehkan PTM disekolah? Maka tetap akan mendapatkan hak yang sama yaitu pembelajaran melalui daring. Untuk sistem yang akan digunakan maka Dinas Pendidikan menyerahkan sepenuhnya ke sekolah masing-masing, baik melalui Zoom Meeting, Google Meets atau platform lain.